Slot Gacor MAXWIN

Selalu Membayar Kemenangan Anda

Uncategorized

InfoBogor » Jalur KRL BojongGede – Bogor Terputus, Perbaikan Terkendala Cuaca

PT Kereta Api Indonesia (KAI) Persero kebut pengerjaan perbaikan jalur Kereta Rel Listrik (KRL) yang longsor di KM 45 ruas Bojonggede-Cilebut. Proses perbaikan dan pemulihan jalur KRL, yang sebelumnya dijadwalkan paling cepat selesai dalam dua hari, mundur menjadi tujuh hari mengingat tanah sekitar lokasi terus tergerus hingga longsoran bertambah luas.

Vice President (VP) Public Relations PT Kereta Api Indonesia (KAI) Persero, Sugeng Priyono, menjelaskan, selama tujuh hari kedepan untuk sementara PT KAI akan memprioritaskan pemulihan fungsi satu jalur kereta. Untuk memulihkan dua jalur sepenuhnya, akan memakan waktu paling cepat selama 30 hari kedepan.

“Proses perbaikan yang sebelumnya diprediksikan memakan waktu paling cepat dua hari, mundur menjadi tujuh hari. Itupun jika cuaca tidak ekstreem. Hujan deras akibatkan tanah sekitar lokasi terus terus tergerus hingga cakupan longsor bertambah panjang,” kata Sugeng, Jumat (23/11).

Pantauan SP, puluhan ribu pengguna angkutan kereta terpaksa memilih jalur transportasi bus untuk aktivitas mereka. Penumpang yang berada di kawasan Bogor Timur, Bogor Barat dan sekitarnya menggunakan angkutan bus karena jarak tempat tinggal mereka lebih dekat ke terminal. Sedangkan warga yang tinggal di kawasan Bogor Utara, dan Kabupaten Bogor lebih memilih tetap menggunakan kereta dengan berangkat dari Stasiun Bojong Gede.

Untuk mengembalikan kondisi normal seperti semula, yakni pengoperasian dua jalur KRL relasi Bogor- Bojong Gede maupun arah sebaliknya, diperkirakan akan memakan waktu lebih dari 30 hari. Lamanya proses perbaikan terpengaruh keadaan cuaca di sekitar lokasi. Langkah dan proses perbaikan akan dilakukan dengan memasang turap-turap penahan longsor di salah satu sisi perlintasan.
“Perbaikan hingga normal seluruhnya memakan waktu hingga lebih dari satu bulan. Kami akan memprioritaskan perbaikan satu jalur dahulu agar rangkaian KRL tidak benar-benar terputus,” jelas Sugeng.

Lintas Bogor sampai dengan Bojong Gede tidak beroperasi lantaran longsor yang terjadi pada KM 45 ruas Bojonggede-Cilebut. Longsor yang berlangsung sejak Rabu (21/11) sore, terjadi pada kedalaman sekitar 35 meter dan panjang sekitar 200 meter. Akibat longsor tersebut, terdapat jalur rel Kereta Api (KA) yang menggantung sepanjang 75 meter, sehingga perlintasan tidak dapat dilalui.   Selain menyebabkan tergantungnya jalur perlintasan, longsor juga mengakibatkan lima tiang beton Listrik Aliran Atas (yang sebelumnya hanya tiga) terus ikut terseret tanah.

Longsoran tanah hingga Kamis (22/11) terus berlangsung sehingga PT KAI berencana menurunkan alat berat untuk mencegah terus meluasnya daerah longsoran. Hingga berita ini diturunkan, PT KAI sendiri belum bisa mengakumulasi jumlah kerugian karena masih berkonsentrasi melakukan langkah perbaikan. “Belum ada angka (jumlah kerugian) itu. Kami masih berkonsentrasi lakukan perbaikan agar perjalanan KRL dari maupun tujuan Bogor dapat kembali normal,” kata Sugeng Priyono.

Hal senada juga disampaikan Manager Komunikasi PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ), Eva Chairunisa. Dia  menjelaskan, setiap harinya ada sekitar 35.000 penumpang yang berangkat dari stasiun Bogor, 11.000 penumpang dari Stasiun Cilebut, dan 22.000 orang dari Stasiun Bojonggede.

Kerugian terbesar diprediksikan justru datang dari potensi kehilangan tiket dan kepercayaan masyarakat.   “Potensi kehilangan tiket penumpang masih dihitung. Banyak penumpang keberangkatan Stasiun Bogor dan Cilebut yang berpindah ke Bojonggede. Ada pula yang pindah menggunakan bus langsung menuju Depok dan Jakarta,” jelas Eva.

Menurutnya, sejauh ini hanya jalur perlintasan antara Bogor-Cilebut yang memiliki tingkat kerawanan longsor yang cukup tinggi. Di sepanjang daerah tersebut banyak areal persawahan di sisi kanan maupun kiri jalur KRL sehingga membuat kondisi tanah tidak stabil.

“Titik rawan longsor hanya ada di sepanjang perlintasan Bogor-Bojonggede. Di beberapa titik daerah lain, memiliki masalah yang berbeda namun bukan rawan longsor melainkan ketidak sterilan seperti padatnya rumah penduduk,” kata Eva.

Sumber: Suara Pembaruan