Slot Gacor MAXWIN

Selalu Membayar Kemenangan Anda

Uncategorized

Studi: Cahaya Pagi Hari Bisa Pengaruhi Pola Tidur Anak Remaja | InfoBogor

Kurang terpapar cahaya matahari akan menunda terbentuknya melatonin.

Apakah anak remaja Anda sering mengantuk? Sebuah penelitian dari tahun 2010 menemukan bahwa jumlah dan waktu munculnya sinar pagi hari bisa memberi dampak pada siklus tidur alami anak pada malam hari.

Anak remaja sekarang memiliki kecenderungan menjadi “penghuni gua”, menghabiskan sedikit waktu di luar rumah daripada remaja generasi sebelumnya, dan sebagai hasilnya, banyak dari mereka susah tidur pada malam hari.

“Remaja-remaja yang kehilangan sinar matahari pagi menjadi tidur lebih larut, kurang tidur, dan kemungkinan mempengaruhi kemampuan belajarnya. Kami mulai menyebutnya sebagai ‘sindrom burung hantu pada remaja’,” kata Mariana Figueiro, Ph.D., yang meneliti hal ini.

Waktu dan paparan terhadap warna-warna yang ada pada spektrum cahaya bisa mempengaruhi pola tidur. Sebagai hasilnya karena para siswa SMA ini biasa pergi sekolah ketika masih subuh, siklus ini mengganggu ritme sirkadian mereka – siklus terang/gelap 24 jam pada bumi, jelas Dr. Figueiro.

Dalam penelitian ini, para peneliti menemukan bahwa remaja yang mengenakan kacamata spesial untuk mencegah cahaya gelombang pendek (biru) di pagi hari untuk mencapai mata mereka, mengalami 30 menit penundaan dalam terbentuknya tidur pada akhir penelitian yang memakan waktu lima hari.

“Jika Anda menghilangkan cahaya biru di pagi hari, maka menunda terjadinya melatonin, hormon yang mengindikasikan pada tubuh bahwa sekarang adalah malam hari. Penelitian kami menjelaskan bahwa terbentuknya melatonin bisa ditunda sekitar enam menit setiap hari remaja ini tidak terpapar cahaya biru. Awal mulanya tidur biasanya terjadi sekitar dua jam setelah terbentuknya melatonin,” kata Dr. Figueiro.

Makin terlambatnya melatonin terbentuk, maka orang akan makin terlambat memasuki siklus tidurnya.

Sementara kaum dewasa biasanya memproduksi melatonin sekitar pukul 10 malam hari, menurut penelitian ini, remaja mulai memproduksi melatonin sekitar pukul satu dini hari. Entah apakah ini respons terhadap pubertas atau disebabknya kebiasaan malam hari remaja, susah dijelaskan.

Kunci untuk mengatur jam tubuh ini adalah untuk meniru pola repetisi terang dan gelap yang berbeda.

Menggunakan kacamata spesial, para peneliti pada penelitian ini mampu mengatur ulang jam internal subjek. Para remaja mengenakan kacamata oranye pada waktu-waktu tertentu untuk memblokir cahaya biru, kemudian dipaparkan pada cahaya biru dan gelap pada malam hari.

Tambahan catatan adalah bahwa kebanyakan sekolah tidak memiliki cukup cahaya listrik atau sinar matahari untuk menstimulasi sistem biologis mereka yang mengatur suhu tubuh, kesiapsiagaan, selera makan, hormon, dan pola tidur.

“Temuan kami memaparkan dua pertanyaan: ‘Bagamaina kita akan mengenalkan paparan cahaya pagi dan bagaimana kia akan mendesain sekolah secara berbeda. Menjadikan sekolah bisa terpapar cahaya siang hari seharusnya bisa menjadi cara sederhana, pengobatan non-farmasi untuk siswa-siswa supaya membantu mereka menambah durasi tidur di malam hari,” kata Dr. Figueiro.

Sumber:  Berita Satu