Slot Gacor MAXWIN

Selalu Membayar Kemenangan Anda

Uncategorized

InfoBogor » Wayang Golek yang Bertahan Melawan Perkembangan Zaman

Wayang-wayang dari penokohan Ramashinta dan Mahabarata

Wayang golek, sebuah bentuk pementasan kesenian asli Indonesia, merupakan salah satu bentuk kebudayaan yang hingga kini masih dapat bertahan. Dengan menggunakan sejenis boneka yang terbuat dari ukiran kayu dalam berbagai macam karakter, seorang dalang sebagai pemimpin dari sebuah pementasan wayang golek, akan memainkan satu persatu wayangnya mengikuti alur cerita yang biasanya disadur dari cerita Ramayana dan Mahabarata. Diiringi permainan gamelan dan nyanyian yang didendangkan oleh sinden, pementasan wayang golek terus bergulir mengabadikan kebudayaan asli Indonesia.

Mungkin pada jaman sekarang ini, tidak banyak anak muda dan anak kecil yang mengenal dengan baik tentang kebudayaan wayang golek. Keberadaannya kini sudah semakin tergantikan oleh berbagai hal yang justru sifatnya virtual, maya, dan tidak bisa disentuh apalagi dirasa. Waktu berjalan, jaman berkembang, teknologi pun bermunculan. Segala hal-hal baru langsung menjadi sebuah euphoria baru bagi generasi muda, menutupi sebuah kebudayaan luhur yang diwariskan dari jaman dulu. Padahal jika kita pelajari, Indonesia merupakan sebuah negara dengan keragaman budaya dan kaya akan kesenian tradisional yang luhur.

Seperti televisi, salah satu teknologi yang paling massive dan memberikan efek yang besar kepada masyarakat. Dalam waktu singkat, televisi dapat merebut perhatian masyarakat dari kejadian yang mungkin ada di sekitarnya. Membuat orang berhenti berimajinasi dan memuaskan pikiran mereka hanya dengan menonton televisi. Lain lagi dengan internet, sesuatu yang maya, virtual, tidak dapat disentuh apalagi dirasa, lebih cepat lagi menarik perhatian masyarakat. Seluruh dunia bergabung di dalam internet, bertemu satu sama lain, berinteraksi dan berbagi secara maya tanpa ada tatapan mata dan sentuhan tangan.

Seringkali hal-hal seperti ini menimbulkan rasa khawatir, terutama untuk orang-orang yang bergerak di bidang kesenian tradisional. Tentu dapat kita sadari, bahwa adanya teknologi baru di tengah jaman yang terus berkembang ini, dapat menggantikan bahkan menghapuskan kesenian dan kebudayaan asli kita. Hilang, tanpa ada yang mau meneruskan apalagi memperkenalkannya kepada dunia.

Namun, ternyata saat ini masih ada orang-orang yang tetap gigih mempertahankan kebudayaan asli wayang golek ini. Tidak hanya itu, mereka juga semangat untuk terus menjaga eksistensi wayang golek dan membawanya berkeliling dunia. Berdiri di tengah-tengah padatnya perumahan penduduk yang berlokasi di pinggir sungai di kota Bogor, berkembanglah sebuah sanggar pengrajin wayang golek, yang bernama Sanggar Tumaritis. Sanggar pengrajin wayang golek yang sudah berdiri sejak tahun 1976 ini, dibangun dalam sebuah rumah hunian sederhana. Namun, berawal dari rumah inilah, berbagai macam jenis wayang golek berangkat mengelilingi dunia. Sanggar Tumaritis ini, dipimpin oleh Bapak Dase.

Sanggar Tumaritis Bapak Dase

Bapak Dase ini dulunya juga merupakan seorang dalang wayang golek. Beliau merintis usahanya sebagai pengrajin wayang dari nol, dan melalui banyak sekali masa-masa sulit. Sebelum memiliki rumah sendiri yang dihuninya saat ini, Bapak Dase mengerjakan seluruh karya-karya wayangnya dengan menumpang di rumah mertuanya. Tidak hanya itu, Bapak dari sembilan orang anak ini, seringkali diremehkan dan kurang mendapatkan pengakuan serta penghargaan atas karya wayang yang telah dikerjakannya, bahkan oleh orang Indonesia sendiri. Awalnya dia tidak dipercaya mampu untuk membuat wayang pahatan dan kurang mendapatkan penghargaan atas karya yang telah dipahatnya bahkan dari warga asli Indonesia.

Butuh waktu bertahun-tahun lamanya bagi Bapak Dase untuk meraih kesuksesan seperti sekarang ini. Apalagi dulu Ia bukanlah orang yang bekerja dalam bidang seni.

Bapak Dase sendiri hanyalah seorang lulusan sekolah tingkat dasar kelas empat. Meski demikian, Bapak Dase tidak pernah putus asa. Dengan didorong kemauan yang tinggi, Ia berjuang membuat wayang golek dan berkeliling mengangkut hasil pahatan wayangnya sendiri. Biasanya dulu Ia berkeliling di daerah sekitar Sarinah, Pluit, Pelabuhan hingga Puncak Bogor. Target utama pembelinya pada saat itu tentulah turis-turis mancanegara.

Akhirnya, Bapak Dase mulai mendapatkan pengakuan dan penghargaan atas karyanya dari turis asing yang ditemuinya pada suatu acara. Turis asing tersebut mengaku sangat menyukai karya pahatan wayang golek hasil karya Bapak Dase. Semenjak saat itu, nama Bapak Dase mulai tercantum dalam sebuah buku panduan travelling berbahasa asing “Lonely Planet” sebagai salah satu tujuan wisata usaha kerajinan wayang golek Indonesia. Nama Bapak Dase-pun mulai semakin dikenal dan semakin banyak dikunjungi oleh turis-turis asing.

“Saya sendiri juga kaget, kok orang-orang sampai orang asing bisa tahu kerajinan saya. Sampai mereka tunjukkan buku Lonely Planet. Ternyata sudah ada nama saya di sini. Hahaha…” cerita Pak Dase, seraya menunjukkan buku Lonely Planet kepada saya. “Semenjak itu, banyak yang datang ke sini. Beli wayang atau liputan dari media-media gitu juga banyak” Sambung Pak Dase.

Wayang hasil karya Bapak Dase ini, dibuat dari bahan kayu lame atau pure, atau dikenal juga dengan nama latin astonia. Bapak Dase memperoleh kayu-kayu tersebut dengan berjalan sendiri ke daerah Salak, Leuwiliang dan Bojong. Bapak Dase lebih banyak mengerjakan sendiri karya-karya wayang goleknya dengan hanya dibantu oleh lima orang asisten. Proses pembuatan wayang golek ini terbilang cukup rumit. Pertama, tentunya Bapak Dase harus memahat dan membentuk pola wayang. Biasanya wayang-wayang yang dibuat oleh Bapak Dase berukuran besar, sehingga membutuhkan lebih banyak bahan kayu. Lalu, setelah pola selesai dipahat, barulah kayu tersebut diberi ukiran sesuai dengan motif yang diinginkan. Diperlukan ketelitian tinggi saat mengukir karakter-karakter wayang tersebut, karena setiap karakter wayang memiliki jenis ukiran yang berbeda-beda pula. Bapak Dase mengingatkan, bahwa hal terpenting dari sebuah wayang adalah jenis ukiran yang ada di kepalanya.  “Kalau kita melihat wayang, yang harus kita amati itu bentuk ukiran di kepalanya, bukan dari bentuk wayangnya secara keseluruhan” ujar Bapak Dase. Ia mengatakan bahwa karya wayang golek miliknya, memiliki ciri khas dan tingkat kerumitan yang lebih tinggi dibandingkan dengan wayang golek lainnya. Selesai dengan ukiran, barulah wayang-wayang tersebut dicat sesuai dengan warna yang sesuai. Pemilihan warnanya pun harus hati-hati dan teliti agar tidak salah dalam penggambaran karakter wayang yang dimaksud. Sanggar Tumaritis ini memiliki target untuk selalu membuat wayang golek setidaknya sebanyak dua puluh wayang setiap bulan.

Bapak Dase dan salah satu wayang goleknya

Bapak Dase paling banyak membuat wayang Rama, Shinta, dan Arjuna. Menurut Bapak Dase, ketiga tokoh tersebut merupakan tokoh yang memiliki peminat terbanyak.  Bapak Dase juga memiliki satu buah wayang golek yang menjadi ciri khas Sanggar Tumaritis. Wayang golek tersebut adalah wayang Shinta edisi milenium. Dominasi warna perak menyelimuti permukaan kulit wayang tersebut dan ditambah pula dengan balutan kain batik berwarna hitam dan putih. Wayang Shinta edisi milenium tersebut semakin terlihat unik, menarik dan tentunya berbeda dari yang lain.

Harga yang dipatok untuk satu buah wayang berukuran sedang mencapai Rp 400.000,00. Sedangkan untuk harga wayang yang berukuran besar sekitar Rp 800.000,00. Terkadang, untuk wayang-wayang dengan pesanan khusus, harganya bisa mencapai angka jutaan rupiah. Harga yang cukup wajar untuk melestarikan kebudayaan daerah. Biasanya, Bapak Dase menjual wayangnya berpasang-pasangan laki-laki dan perempuan. Kelebihan lain yang ditawarkan oleh Bapak Dase, saat kita membeli sebuah tokoh wayang, Ia akan memberikan kita sebuah kertas catatan kecil yang berisi tentang cerita tokoh pewayangan yang kita beli. Hal ini ditujukan agar pembeli tidak hanya sekedar membeli dan mengetahui bentuk wayangnya saja, tetapi juga memahami cerita dan penokohan wayang tersebut.

Peminat dari wayang golek Pak Dase sangat tinggi, terutama dari turis mancanegara. Bapak Dase sering mengekspor wayang-wayangnya ke luar negeri seperti ke Belanda, Perancis, Jerman, Swiss, Italia, Inggris, dan Jepang. Karya-karyanya pun kini sudah diakui dan mendapatkan penghargaan yang tinggi dari masyarakat sekitar. Hal ini membuktikan bahwa usaha kerja keras Bapak Dase dapat membuahkan hasilnya dan dapat diterima oleh masyarakat luas baik nasional maupun internasional.

Hasil kerja keras Bapak Dase yang sudah bertahun-tahun lamanya akhirnya dapat membuahkan hasil dengan mendapatkan penghargaan dari banyak pihak dan menjadikannya sebuah kebanggan tersendiri. Selain itu, hal ini juga membuktikan bahwa seiring berkembangnya jaman menjadi era yang lebih canggih dan modern, keberadaan wayang tetap dapat dipertahankan dan tetap memiliki banyak sekali peminat. Namun, ini semua perlu kembali kepada diri kita sendiri sebagai pemilik dari kebudayaan tersebut. Kita sendiri harus memiliki kesadaran yang tinggi akan pentingnya menjaga keutuhan dan nilai luhur sebuah kesenian dan kebudayaan asli. Kita juga harus mau untuk turut mengambil bagian dalam melestarikan kebudayaan tersebut dan juga memperkenalkannya kepada masyarakat yang lebih luas dan bahkan kepada dunia internasional. Seperi wayang golek Bapak Dase. Keaslian budaya Indonesia yang terus diperjuangkan oleh Bapak Dase, nyatanya kini terbukti dapat tetap bertahan dan terus mengelilingi dunia dengan membawa nama baik negeri Indonesia.

Penulis:  Andina Auria (@andinauria)