Slot Gacor MAXWIN

Selalu Membayar Kemenangan Anda

Uncategorized

InfoBogor » Satu Balita Disewa Rp10 Ribu

Salah seorang pengemis membawa bayi untuk mendapatkan uang setoran terhadap sindikat

Persimpangan lampu merah kembali jadi sasaran pengemis. Parahnya, para pengemis tersebut tidak segan-segan melibatkan balita dalam menjalankan aksinya.

Seperti yang terlihat di lampu merah Tugu Kujang dan jembatan penyeberangan Baranangsiang. Diduga, mereka dikoordinir dan dilindungi oknum. Balita yang dibawanya pun kebanyakan hasil sewaan.

Hal itu dibenarkan salah satu sumber. Aksi sewa-menyewa balita memang benar adanya. Untuk satu hari, biasanya oknum membuka harga mulai dari Rp10 ribu. Malah, oknum-oknum itu jugalah yang mengatur penghasilan para pengemis.

“Enggak sembarangan orang bisa mengais rezeki di tempat yang dikuasai satu sindikat. Kalau sampai terjadi, siap-siap nyawa taruhannya,” kata sumber tersebut.

Kepada wartawan koran ini, Janah (57), salah satu pengemis yang menyewa bayi, mengaku terpaksa melakukan pekerjaan tersebut karena dibelit masalah ekonomi dan melanjutkan kebutuhan hidup.

Untuk mengemis, wanita asal Lamongan Jawa Timur itu menyewa balita berusia empat bulan dari sindikat jasa penyewaan bayi. “Sehari saya sewa Rp10 ribu dan itu harus setor kepada anggota sindikat yang melindungi saya,” kata Janah, yang enggan menyebut besarnya uang perlindungan.

Janah menceritakan, ia menyewa bayi dari seorang ibu yang juga berprofesi pengemis. “Saya berani menyewa karena sehari bisa memperoleh Rp60 ribu, malah kadang lebih,” tutur wanita yang biasa mengemis di Tugu Kujang itu.

Ia pun membeberkan praktik di lapangan. Bayi dibungkus menggunakan kain yang sudah kumal, sementara bagian muka bayi dibiarkan terbuka. “Bayi tidak diberi makan hingga siang agar kelihatan lemas, sehingga bisa menggaet dermawan yang terketuk hatinya memberi uang,”ungkapnya.

Terpisah, Kasi Rehabilitasi Sosial pada Dinas Tenaga Kerja Sosial Transmigrasi (Disnakersostrans), Sugeng Rulyadi menjelaskan bahwa pihaknya sering melakukan penertiban pengemis itu.

Namun, mereka kerap kembali lagi ke jalan. “Biasanya mereka kami berikan pembinaan saat ditangkap. Dan itu sudah sering dilakukan, tapi banyak yang tidak mendengar, malah kadang menantang kita,” imbuhnya.

Sumber: Radar Bogor