Slot Gacor MAXWIN

Selalu Membayar Kemenangan Anda

Uncategorized

Menata Kawasan Wisata Puncak Kabupaten Bogor | InfoBogor

Meski penduduk di kawasan Puncak, Kecamatan Cisarua dan Megamendung, Kabupaten Bogor, terkenal agamis, namun persoalan prostitusi juga masih melekat. Hal ini sulit dihilangkan karena kawasan Puncak yang berhawa sejuk ini menjadi salahsatu kawasan wisata unggulan di Kabupaten Bogor.

Tapi ironi, meski kawasan Puncak menjadi salahsatu primadona kawasan wisata di Kabupaten Bogor—yang telah menyumbangkan pendapatan asli daerah (PAD) cukup besar di bidang pariwisata—namun penataan fisik dan nonfisik Puncak belum dilakukan secara real oleh pemerintah daerah.

Kawasan wisata Puncak Bogor tidak mendapatkan penanganan serius Bupati Bogor Rachmat Yasin sebagai Ketua DPW partai berazazkan Islam di Jawa Barat. Seharusnya Bupati Bogor konsisten dengan program ’Nobat’ atau nongol babat, sepertinya program ini berjalan setengah hati,” kata Rektor Universitas Djuanda (Unida) Bogor DR Martin Roestamy SH. MH., saat kegiatan Maulid Nabi di Masjid Amaliah, Ciawi, Rabu (23/1).

Selaku pimpinan Kampus ’Bertauhid’ dan menjadi bagian dari zona Puncak, kata Rektor, pihaknya memiliki tanggung jawab moral kepada masyarakat sebagai bagian dalam Tridarma Perguruan Tinggi dalam menyoroti persoalan sosial memberantas kemaksiatan di wilayah Ciawi, Megamendung, dan Cisarua.
”Universitas Djuanda berada di kawasan transit Jakarta-Bogor-Sukabumi dan Cianjur. Dan kami memiliki ikatan emosional dengan tokoh masyarakat dan alim ulama di daerah itu. Mereka mengadu kepada kami akan diapakan jalur Puncak,” ujarnya.

Sebagai kawasan wisata, kata dia, Puncak akan banyak menawarkan berbagai hiburan dan kesenangan. Namun hingga saat ini belum ada sortasi hiburan yang diatur dalam peraturan daerah yang ada.
”Lemahnya pengawasan dan kontrol yang dilakukan aparatur di wilayah mengakibatkan benturan dengan para kiai dan ulama; antara menerapkan nilai syariah Islam dan penciptaan situasi kondusif untuk mengangkat citra pariwisata dan pendapatan daerah. Akibatnya ratusan kiai dan alim ulama di wilayah Puncak Bogor lebih memilih merapatkan barisannya kepada Institusi pendidikan di bawah Yayasan Amaliah Ciawi Bogor,” kata Martin di hadapan ratusan kiai dan ulama.

Dalam kesempatan itu, Martin Roestamy membuat kesepakatan bersama pimpinan majlis taklim dan pondok pesantren di kawasan Puncak dan mendeklarasikan kawasan wisata halal. Hal ini salahsatu tindak lanjut dari amanah yang diberikan Lembaga Penelitian Pengawasan Obat dan Makanan (LP POM) Majelis Ulama Indonesia (MUI) kepada Unida. ”Kami harus menerapkan prinsip halal tidak hanya dalam label makanan dan obat obatan saja. Namun Lebih jauh dari itu, tatanan sosial kemasyarakatan yang ada dalam jangkauan universitas harus halal,” tandasnya.

Sebagai langkah kecil yang telah dilakukan Unida, dengan membentuk Pusat Komunitas Halal yang diresmikan oleh Presiden Badan Pangan Halal Dunia Lukmanul Hakim. Komunitas Halal ini dipimpin Recky Witjaksno. Komunitas Halal Unida memberikan pendampingan bagi masyarakat untuk mendapatkan akses produk halal termasuk menerbitkan sertifikat resmi halal MUI.

“Saat ini masyarakat menilai halal hanya sebatas pada daging babi dan minuman keras saja, namun belum memahami secara menyeluruh tentang apa saja faktor yang menentukan halal dan bagaimana proses halal itu dilakukan dari hulu ke hilir. Seperti bagaimana cara menyembelih sapi dan ayam hingga campuran apa yang tidak terkontaminasi benda yang haram,” ungkapnya.

Sumber: Jurnal Bogor